Jakarta, beeoneinfo.com
Viralnya video penjarahan bantuan yang akan dikirimkan ke korban gempa di Sulawesi Barat membuat pandangan yang berbeda dari Kementrian Sosial dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menteri Sosial, Tri Rismaharini mengatakan jika bahan bantuan tersebut tidak dijarah, namun terlambat sampai karena ada beberapa jalan terputus. Akibatnya, masih menurut Risma perjalanan bahan bantuan berupa pangan tersebut haru diambil jalan memutar.
“Jadi begini, ada beberapa video yang beredar bahwa seolah-olah itu penjarahan. Tapi kejadian sebetulnya bukan begitu. Memang karena kemarin (jalur penghubung) Makassar dengan Mamuju itu terputus karena ada longsoran. Mungkin sekarang baru dikerjakan,” kata Risma kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/1).
“Sehingga bahan kebutuhan pangan kita itu harus muter, kurang-lebih enam jam. Jadi baru tadi pagi sampai, karena mestinya sembilan jam. Tapi ditambah muter lagi enam jam baru sampai. Kita baru bisa membagi. Mungkin mereka juga kelaparan kondisinya,” imbuh politikus PDIP itu sebagaimana dikutip dari detikcom, Minggu (17/1).
Menanggapi video yang viral diduga penjarahan, Risma sendiri mengeluarkan klarifikasi yang sedikit membingungkan.
Menurutnya, situasi pascabencana harus dibaca, karena toko dan pasar di Mamuju tidak beroperasi saat ini.
“Kita harus bisa membaca situasi, karena tidak ada pasar yang buka, tidak ada toko yang buka. Karena semua takut, sehingga semua mengungsi. Semua bahan makanan yang kita bawa dari Palu dan Makassar,” ucap Risma.
Berbeda, Kepala Pusat Pengendali Operasi BNPB Bambang Surta Putra mengakui bila penjarahan bantuan di tengah bencana telah terjadi. Namun ia tak menyebut di daerah mana penjarahan tersebut dilakukan.
Diketahui bencana alam baru saja terjadi di dua provinsi Indonesia, yakni banjir di Kalimantan Selatan dan gempa di Sulawesi Barat. Sejauh ini dua provinsi tersebut masih dilakukan evakuasi dan penanganan.
“Penjarahan berdasarkan yang info kami dapatkan ini memang sempat terjadi,” kata Bambang melalui virtual, Sabtu (16/1).
Sementara Agus Salim, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Makassar sendiri telah mengaku dihadang dan dijarah kala membawa bantuan pangan untuk korban gempa di Sulawesi Barat oleh sekelompok massa.
Agus yang menjadi ketua tim dengan 5 mobil berisi logistik dihadang oleh sekitar 20 orang dewasa dengan membawa senjata tajam dan melakukan pengancaman.
“Mungkin karena mereka lihat spanduk di mobil jadi tahu ada logistik di atas mobil,” kata Agus.
“Karena sudah membahayakan akhirnya mereka kita biarkan ambil logistik itu,” lanjut Agus Salim.
Kendaraan pengangkut logistik bantuan MDMC dihadang dan dijarah di perbatasan Kecamatan Malunda, Majene dan Kecamatan Tappalang, Mamuju, Sabtu pagi (16/01).
Hanya satu unit ambulance yang berhasil lolos dari hadangan warga, namun kendaraan lainnya tak bisa menghindari hadangan 20 orang tersebut.
Agus sendiri mengakui, jika saat mengirimkan bantuan logistik itu tidak berkoordinasi dahulu dengan aparat polisi ataupun TNI.
Kapolda Sulbar Irjen Eko Budi Sampurno mengatakan sebagai bentuk antisipasi untuk mencegah aksi penjarahan pihaknya sendiri siap mengawal semua kendaraan yang membawa bantuan untuk korban gempa di Sulawesi Barat dari para relawan.
“Kami sudah antisipasi dan koordinasi dengan pemberi bantuan, sebelum mendekati wilayah Mamuju agar berhenti di Polres dan akan kami kawal hingga tujuan,” kata Eko Budi dikutip dari CNNIndonesia.com, Sabtu (16/1).
Sejauh ini, Eko Budi mengklaim situasi keamanan di Mamuju pasca gempa bumi masih terpantau kondusif.
“Insyaallah mohon doanya,” ucap Eko Budi.
Diinformasikan kembali, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban tewas akibat gempa di Sulawesi Barat telah mencapai 46 orang. Atas bencana tersebut, Pemerintah Provinsi Sulbar telah menetapkan status tanggap darurat per hari ini.
(Sumber : cnnindonesia.com)
Related posts:
